Rabu, 04 Januari 2012

Lab IPS SD


IPS: ajakan untuk tampil percaya diri


Ismail Lutfi Ibnu Iskak


Pengantar
            Ada pengalaman menarik untuk disimak. Ketika ada siswa yang mulai tidak aktif, tidak kritis dan tidak kreatif terhadap pelajaran yang ia terima, artinya ia hanya sekadar menerima apa yang diajarkan oleh gurunya. Ia tidak memiliki semangat untuk mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Belum lagi gejala-gejala lain yang turut muncul, seperti keengganan siswa untuk mandiri, keterasingan siswa terhadap dunianya, ketidakpeduliaan siswa terhadap lingkungannya, serta berkurangnya minat membaca dan menulis di kalangan siswa. Semua itu merupakan gejala yang harus kita (guru dan orang tua) cermati bersama.
            Pemikiran-pemikiran segar yang mengarah pada upaya peningkatan kualitas siswa merupakan modal penting bagi mereka di era sekarang. Peningkatan kualitas itu sendiri bila terjadi akan dapat dilihat dalam bentuk peningkatan pada nilai THB-nya maupun keterlibatan aktif mereka di lingkungan. Adapun hal-hal yang menyangkut peningkatan kualitas itu meliputi keaktifan, sikap kritis, daya kreatif, mandiri, mencintai dunianya, peduli pada lingkungannya, serta membiasakan membaca dan menulis. Hal ini penting dan strategis mengingat dalam kehidupan sehari-hari mereka berhadapan langsung dengan berbagai kenyataan dan persoalan yang menuntut kesiapan mereka untuk turut memecahkan persoalan yang ada. Bukan sebaliknya ikut menjadi penyebab masalah.

Tujuan Pembelajaran IPS
            Sesuai dengan kurikulum SD 1975, siswa kelas tiga Sekolah Dasar mulai diberi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adapun tujuan pembelajaran IPS itu sendiri mengalami beberapa kali perubahan. Pada mulanya (kurikulum 1975 dan 1984) terdapat 6 tujuan kurikuler IPS, yaitu:
(1)  siswa mengetahui dan menyadari bahwa manusia hidup dalam lingkungan dan ada hubungan fungsional dan timbal balik antara manusia dan lingkungannya,
(2)  siswa memiliki pengetahuan tentang perubahan yang telah dialami oleh penduduk Indonesia pada masa lampau sehingga siswa mampu memahami keadaan bangsa dan negara Indonesia sekarang,
(3)  siswa mengetahui dan mengerti peranan sekolah dalam masyarakat sehingga siswa mampu menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat, baik bagi perkembangan sekolah maupun bagi usaha menaikkan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan,
(4)  siswa memiliki pengetahuan dasar tentang aspek-aspek yang menguntungkan dan merugikan dari kehidupan di kota dan di pedesaan, sehingga siswa mampu bertindak berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya,
(5)  siswa memahami ekonomi Indonesia, dan
(6)  siswa mengetahui dan mengenal negara-negara tetangga.
Pada tahap selanjutnya (kurikulum 1994) dinyatakan bahwa pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan mata pelajaran ini adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi hasil dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan sejauh ini belum dapat memenuhi tujuan pengajaran IPS. Bahkan nilai tes hasil belajar siswa kebanyakan masih cenderung berada pada posisi sedang. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Berpijak dari uraian di atas, tulisan ini menawarkan upaya membuat pelajaran IPS menjadi terasa berguna dan menyentuh jiwa para siswa, yaitu model penyelidikan sosial.

Kecenderungan Guru IPS di SD
Sebelum memasuki perbincangan tentang model penyelidikan sosial ada baiknya sejenak kita lihat kondisi guru IPS di lapangan. Jika guru IPS selalu memperhatikan dan mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat di sekitarnya maka ia tidak akan kerdil dengan materi IPS yang menjadi garapannya. Sayangnya sering kita jumpai di lapangan bahwa guru lebih cenderung menggunakan buku teks semata yang menjadi acuannya dalam proses pembelajaran di kelas dan hampir tidak pernah menyentuh perkembangan kahidupan masyarakat di sekitarnya. Alasannya, bahan yang harus disampaikan cukup banyak sehingga cukup efektif bila proses pembelajaran menekankan metode ceramah dengan beberapa tugas (pekerjaan rumah) yang lebih cenderung menghapal isi buku teks. Disinyalir bahwa dengan melakukan hal demikian para guru mengajar hanya sebatas memenuhi kewajiban administratif atau tugas dari atasan.
Sementara itu pada sisi yang lain, tuntutan kurikulum menghendaki guru SD menerapkan prinsip belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD. Secara singkat dapat dikatakan bahwa mengajar adalah upaya membelajarkan siswa.

Pembelajaran Model Penyelidikan Sosial
Dalam proses pembelajaran, model penyelidikan sosial merupakan salah satu model penerapan CBSA tingkat tinggi. Sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajarannya adalah lingkungan. Dasar pemikirannya, (1) bahwa setiap peristiwa dan gejala yang terdapat dalam suatu lingkungan merupakan kenyataan sosial yang dapat dijadikan sumber belajar dari IPS dan (2) pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS telah menyebabkan siswa mudah memahami materi pelajaran.
 Melalui model ini siswa akan belajar tentang bagaimana merumuskan masalah, bagaimana bekerjasama dengan siswa lain dan bagaimana menyimpulkan pemecahan masalah berdasarkan data yang tersedia. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu menumbuhkan rasa percaya diri serta bersikap  pembaharu dan kreatif serta memiliki kepekaan terhadap lingkungannya. Dari sini diharapkan siswa  dapat  meningkatnya prestasi belajarnya. 
            Adapun langkah-langkah yang disarankan untuk dilalui dalam proses pembelajaran model ini, yaitu:
(1)  Dengan bimbingan guru, siswa mengambil dan menetapkan masalah sosial apa yang akan dibicarakan. Oleh karena yang diajar adalah siswa SD, masalah sosial yang diambil adalah yang dapat dimengerti oleh mereka.
(2)  Siswa menetapkan dan merumuskan jawaban sementara berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki.
(3)  Siswa membahas dan membatasi pengertian istilah yang ada pada jawaban sementar sehingga diperoleh pengertian yang sama dan siswa dapat saling membicarakan masalah pokok bahasan mereka.
(4)  Siswa mengadakan pengujian atas jawaban sementara dengan cara berpikir dari hal yang umum ke hal yang khusus
(5)  Siswa melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.
(6)  Pada tahap terakhir ini siswa menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah
Melalui model pembelajaran ini, keterlibatan aktif siswa akan tercermin dalam kegiatan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, proses belajar mengajarnya dilaksanakan melalui penyajian persoalan-persoalan yang terkait dengan pokok bahasan. Dengan penerapan metode pemecahan masalah mengharuskan siswa menemukan jawabannya. Dalam hal ini siswa mencari dan berusaha menemukan sendiri jawaban tersebut. Hal ini merupakan proses membentuk dan menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri.

Penutup
            Penerapan model penyelidikan sosial mengharuskan guru matapelajaran IPS berupaya mempersiapkan rencana pembelajaran. Hal-hal yang termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan penampilan secara baik, berusaha melakukan interaksi dan membuat rencana pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar lebih memacu kegiatan belajarnya. Selain itu, ia mendorong siswa secara aktif berlatih secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan belajar dan melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan baik. Dengan dukungan guru yang demikian besar, peserta didik dapat diharapkan tampil dengan rasa percaya pada diri sendiri yang kuat.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar