IPS:
ajakan untuk tampil percaya diri
Ismail
Lutfi Ibnu Iskak
Pengantar
Ada
pengalaman menarik untuk disimak. Ketika ada siswa yang mulai tidak aktif,
tidak kritis dan tidak kreatif terhadap pelajaran yang ia terima, artinya ia
hanya sekadar menerima apa yang diajarkan oleh gurunya. Ia tidak memiliki
semangat untuk mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Belum lagi
gejala-gejala lain yang turut muncul, seperti keengganan siswa untuk mandiri,
keterasingan siswa terhadap dunianya, ketidakpeduliaan siswa terhadap
lingkungannya, serta berkurangnya minat membaca dan menulis di kalangan siswa.
Semua itu merupakan gejala yang harus kita (guru dan orang tua) cermati
bersama.
Pemikiran-pemikiran
segar yang mengarah pada upaya peningkatan kualitas siswa merupakan modal
penting bagi mereka di era sekarang. Peningkatan kualitas itu sendiri bila
terjadi akan dapat dilihat dalam bentuk peningkatan pada nilai THB-nya maupun
keterlibatan aktif mereka di lingkungan. Adapun hal-hal yang menyangkut
peningkatan kualitas itu meliputi keaktifan, sikap kritis, daya kreatif,
mandiri, mencintai dunianya, peduli pada lingkungannya, serta membiasakan
membaca dan menulis. Hal ini penting dan strategis mengingat dalam kehidupan
sehari-hari mereka berhadapan langsung dengan berbagai kenyataan dan persoalan
yang menuntut kesiapan mereka untuk turut memecahkan persoalan yang ada. Bukan
sebaliknya ikut menjadi penyebab masalah.
Tujuan Pembelajaran IPS
Sesuai
dengan kurikulum SD 1975, siswa kelas tiga Sekolah Dasar mulai diberi pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adapun tujuan pembelajaran IPS itu sendiri mengalami
beberapa kali perubahan. Pada mulanya (kurikulum 1975 dan 1984) terdapat 6
tujuan kurikuler IPS, yaitu:
(1)
siswa mengetahui dan menyadari bahwa manusia
hidup dalam lingkungan dan ada hubungan fungsional dan timbal balik antara
manusia dan lingkungannya,
(2)
siswa memiliki pengetahuan tentang perubahan
yang telah dialami oleh penduduk Indonesia pada masa lampau sehingga siswa
mampu memahami keadaan bangsa dan negara Indonesia sekarang,
(3)
siswa mengetahui dan mengerti peranan sekolah
dalam masyarakat sehingga siswa mampu menyelenggarakan kegiatan yang
bermanfaat, baik bagi perkembangan sekolah maupun bagi usaha menaikkan taraf
hidup masyarakat yang bersangkutan,
(4)
siswa memiliki pengetahuan dasar tentang
aspek-aspek yang menguntungkan dan merugikan dari kehidupan di kota dan di
pedesaan, sehingga siswa mampu bertindak berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya,
(5)
siswa memahami ekonomi Indonesia, dan
(6)
siswa mengetahui dan mengenal negara-negara
tetangga.
Pada tahap selanjutnya (kurikulum 1994)
dinyatakan bahwa pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan mata pelajaran ini adalah agar
siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi hasil dari proses belajar mengajar
yang telah dilakukan sejauh ini belum dapat memenuhi tujuan pengajaran IPS. Bahkan
nilai tes hasil belajar siswa kebanyakan masih cenderung berada pada posisi
sedang. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Berpijak dari uraian di atas,
tulisan ini menawarkan upaya membuat pelajaran IPS menjadi terasa berguna dan
menyentuh jiwa para siswa, yaitu model penyelidikan sosial.
Kecenderungan Guru IPS di SD
Sebelum memasuki perbincangan tentang model
penyelidikan sosial ada baiknya sejenak kita lihat kondisi guru IPS di
lapangan. Jika guru IPS selalu memperhatikan dan mengikuti perkembangan
kehidupan masyarakat di sekitarnya maka ia tidak akan kerdil dengan materi IPS
yang menjadi garapannya. Sayangnya sering kita jumpai di lapangan bahwa guru
lebih cenderung menggunakan buku teks semata yang menjadi acuannya dalam proses
pembelajaran di kelas dan hampir tidak pernah menyentuh perkembangan kahidupan
masyarakat di sekitarnya. Alasannya, bahan yang harus disampaikan cukup banyak
sehingga cukup efektif bila proses pembelajaran menekankan metode ceramah
dengan beberapa tugas (pekerjaan rumah) yang lebih cenderung menghapal isi buku
teks. Disinyalir bahwa dengan melakukan hal demikian para guru mengajar hanya
sebatas memenuhi kewajiban administratif atau tugas dari atasan.
Sementara itu pada sisi yang lain, tuntutan
kurikulum menghendaki guru SD menerapkan prinsip belajar aktif, yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik, mental (pemikiran dan
perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa mengajar adalah upaya membelajarkan siswa.
Pembelajaran Model Penyelidikan Sosial
Dalam proses pembelajaran, model
penyelidikan sosial merupakan salah satu model penerapan CBSA tingkat tinggi.
Sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajarannya adalah lingkungan.
Dasar pemikirannya, (1) bahwa setiap peristiwa dan gejala yang terdapat dalam
suatu lingkungan merupakan kenyataan sosial yang dapat dijadikan sumber belajar
dari IPS dan (2) pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS telah
menyebabkan siswa mudah memahami materi pelajaran.
Melalui model ini siswa akan belajar tentang
bagaimana merumuskan masalah, bagaimana bekerjasama dengan siswa lain dan
bagaimana menyimpulkan pemecahan masalah berdasarkan data yang tersedia. Dengan
demikian, diharapkan siswa mampu menumbuhkan rasa percaya diri serta
bersikap pembaharu dan kreatif serta
memiliki kepekaan terhadap lingkungannya. Dari sini diharapkan siswa dapat
meningkatnya prestasi belajarnya.
Adapun
langkah-langkah yang disarankan untuk dilalui dalam proses pembelajaran model
ini, yaitu:
(1)
Dengan bimbingan guru, siswa mengambil dan
menetapkan masalah sosial apa yang akan dibicarakan. Oleh karena yang diajar
adalah siswa SD, masalah sosial yang diambil adalah yang dapat dimengerti oleh
mereka.
(2)
Siswa menetapkan dan merumuskan jawaban
sementara berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki.
(3)
Siswa membahas dan membatasi pengertian istilah
yang ada pada jawaban sementar sehingga diperoleh pengertian yang sama dan
siswa dapat saling membicarakan masalah pokok bahasan mereka.
(4)
Siswa mengadakan pengujian atas jawaban
sementara dengan cara berpikir dari hal yang umum ke hal yang khusus
(5)
Siswa melakukan pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi.
(6)
Pada tahap terakhir ini siswa menyusun
pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah
Melalui model pembelajaran ini, keterlibatan
aktif siswa akan tercermin dalam kegiatan pemecahan masalah. Oleh sebab itu,
proses belajar mengajarnya dilaksanakan melalui penyajian persoalan-persoalan
yang terkait dengan pokok bahasan. Dengan penerapan metode pemecahan masalah
mengharuskan siswa menemukan jawabannya. Dalam hal ini siswa mencari dan
berusaha menemukan sendiri jawaban tersebut. Hal ini merupakan proses membentuk
dan menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri.
Penutup
Penerapan
model penyelidikan sosial mengharuskan guru matapelajaran IPS berupaya
mempersiapkan rencana pembelajaran. Hal-hal yang termasuk di dalamnya adalah
mempersiapkan penampilan secara baik, berusaha melakukan interaksi dan membuat
rencana pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar lebih memacu kegiatan
belajarnya. Selain itu, ia mendorong siswa secara aktif berlatih secara terus
menerus sehingga menjadi kebiasaan belajar dan melakukan evaluasi hasil belajar
siswa dengan baik. Dengan dukungan guru yang demikian besar, peserta didik
dapat diharapkan tampil dengan rasa percaya pada diri sendiri yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar